Hot Dan New

Minggu, 24 April 2011

Kenapa Seh Bahas Tauhid Lagi ...?


Bertauhid Kepada Allah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah -ta’ala- yang telah mencurahkan ni’matNya kepada kita, sehingga kita dapat beribadah kepadaNya. Shalawat beriring salam semoga selalu terlimpah atas Nabi kita Muhammad -salallahu 'alaihi wa sallam- yang telah memperjuangkan islam dengan mengajak umatnya kepada tauhid dan mengancam siapa saja dari kalangan umatnya dari berbuat syirik kepada Allah -ta’ala-.


Pada kesempatan ini & InsyaAllah untuk selanjutnya penulis berusaha mencoba membahas tentang pemasalahan yang paling utama dalam kehidupan setiap makhluk yang bernyawa yang hidup dipermukaan bumi. Yang dengannya tegak langit dan bumi. Yang dengannya diharamkan neraka bagi siapa saja yang mengamalkannya dengan penuh keilkhlasan & ilmu. Kewajiban di atas kewajiban manusia yaitu satu kata yang bernama TAUHID.

Seringkali kita mendengar sebagian umat islam berbicara yang sifatnya meremehkan urusan tauhid. Ucapan seperti : " Kenapa seh kita membicarakan tauhid lagi, tauhid lagi " atau yang semisal " Kita kan sudah beribadah kepada Allah saja, kita tidak menyembah kepada selain Allah, kita juga mengakui bahwa Allah itu satu, orang sudah bicara tentang kemajuan teknologi kita masih saja membicarakan tauhid, sama sekali sudah ketinggalan zaman " Perkataan seperti ini adalah perkataan yang keliru. Kenapa...??? 

Memang benar kita sudah bertauhid, kita mengakui bahwa Allah itu satu. mengakui Allah yang menciptakan & mematikan kita, Allah-lah yang memberi rizki kepada kita.  Tapi apakah kita sudah benar-benar beribadah kepada Allah saja (Yang mana ini adalah bagian terpenting dari tauhid itu). Apakah kita sudah memperuntukkan seluruh aktivitas peribadatan kita hanya kepada Allah semata. JUJUR SAJA : Jawabannya adalah belum sepenuhnya. 

Jikalau kita hanya mengakui bahwa Allah-lah yang satu, Allah yang menciptakan kita, Allah mematikan kita, Allah yang memberi rizki kepada kita, Allah yang mengatur segala urusan alam semesta dan lainnya sebagainya. Jika ini saja tauhid kita maka ketauhilah, kita sungguh tidak berbeda dengan orang musyrik  dahulunya. Karena mereka juga mengakui hal-hal yang demikian tapi mereka enggan & tidak mau beribadah kepada Allah

Orang-orang musyrik dahulu, apabila mereka tertimpa malapetaka yang sangat dahsyat, maka mereka biasanya langsung memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja. Akan tetapi, apabila malapetaka itu sudah berlalu, maka mereka kembali menyekutukan Allah. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam ayat berikut:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-Ankabut: 65)
Ketauhilah tauhid juga mencakup peribadatan kepada Allah. Allah -subhanahu wa ta’ala- telah berfirman di dalam Al Quran :
 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz Dzariyat : 56)
 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mukmin: 14)

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ. أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Sesunguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar: 2–3)
Sudahkah Kita Berbuat Demikian......???

Kita lihat disekitar kita bahwa masih banyak orang-orang yang pergi ke kuburan-kuburan yang mereka anggap keramat lalu mereka meminta berkah disana. Menebarkan sesajen-sesajen kepada pohon-pohon yang dianggap angker lalu memohon kepada penunggu disana, kemudian kita banyak menyaksikan pemberian  sesajen yang dibuang ke laut seperti di Pantai Selatan yang diberikan  kepada Nyi Roro Kidul, lalu kebiasan serupa membuang makanan agar menahan gunung merapi tidak meletus. Bukankah ini nyata-nyata adalah bentuk kesyirikan kepada Allah lantas apakah mereka ,masih dikatakan bertauhid...??? Kita katakan TAUHID mereka telah rusak, tauhid mereka telah digerogoti oleh yang namanya kesyirikan.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), 
“Janganlah kamu menyeru kepada selain Allah, sesuatu yang jelas tidak menjamin manfaat maupun madharat kepadamu, apabila kamu tetap melakukannya niscaya kamu termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus: 106).
Allah ta’ala telah berfirman :

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu itu menambah dosa bagi mereka” [QS. Al-Jin : 6].
Bukankah setiap hari, di setiap kali shalat, bahkan dalam setiap raka’at shalat kita selalu membaca ayat yang mulia, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’; hanya kepada-Mu ya Allah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan… Oleh sebab itu bagi seorang mukmin, tempat menggantungkan hati dan puncak harapannya adalah Allah semata, bukan selain-Nya. Kepada Allah lah kita serahkan seluruh urusan kita… 

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), 
“Dan kepada Allah saja hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman.” (QS. al-Ma’idah: 23)
Ayat yang mulia ini menunjukkan kewajiban menggantungkan hati semata-mata kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Tawakal adalah ibadah. Barangsiapa menujukan ibadah itu kepada selain Allah maka dia telah melakukan kemusyrikan (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 256)

Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi kebutuhannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), 
“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dia pasti akan mencukupinya…”  (QS. ath-Thalaq: 3).
Ayat yang agung ini menunjukkan bahwasanya tawakal merupakan salah satu sebab utama untuk bisa mendapatkan kemanfaatan maupun menolak kemadharatan. Tawakal adalah kewajiban dan ibadah. Barangsiapa yang menujukan ibadah ini kepada selain Allah maka dia telah berbuat kemusyrikan (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 260)

Banyak diantara kita ketika dihadapkan kepada dosa yang lain selain syirik, kemarahan kita menjadi membludak, kebencian kita kepada pelakunya tak terbendung. Sebagia contoh ketika dihadapkan atau diceritakan bahwa ada seorang anak yang berzina dengan ibu kandungnya maka kita marah besar, sampai pelakunya kita laknat atau disumpahin. Sangat marah & benci sekali. Namun ketika kita melihat atau diceritakan tentang ada seorang yang menanam kain kafan di depan rumahnya  sebagai cara untuk mendatangkan rezeki, membuat dagangan laris. Nah kita lihat sebagian besar rekasinya adalah adem ayem aja, atau palingan berkata Ohw.. ataupun kemarahannya tidak sebesar pada kejadian yang di atas. Itu artinya.... kita belum mengetahui Akikat tauhid itu & subtansinya. Kecintaan kita kepada tauhid patut dipertanyakan. Padahal kalau kita mengetahui syirik adalah Dosa yang paling besar dimana Allah akan membuat pelakunya Kekal di dalam api neraka jika tidak juga kembali bertaubat.

Lalu masih banyak diantara kita yang mendatangi dukun-dukun & peramal-peramal hanya untuk sekedar mencari pengetahuan tentang masa depan kita, mengetahui barang kita yang hilang, mengetahui tentang hal-hal ghaib yang pastinya mereka juga tidak mengetahuinya. 

Bukankah perbendaharan yang ghaib itu hanya pada Allah saja. 

Allah berfirman dalam Surat Al-An'am 59 : 

 وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia”
Allah jalla jalaluhu juga berfirman dalam Surat An-Naml:65

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah",

Bahkan Nabi Muhammad sekalipun juga mengakui kalau beliau sama sekali tidak mengetahui perkara yang ghaib JIKA Allah tidak memberi tahu beliau lewat wahyuNYa.
"Katakanlah (wahai Muhammad):Aku tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula kuasa menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan andaikata aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". [al-A’râf: 188]
Apalagi JIN pasti lebih tidak mengetahui perkara yang ghaib. Ingatkah kita pada peristiwa wafatnya Nabi Sulaiman. Tidak ada satupun jin yang mengetahui bahwa Nabi Sulaiman Telah Wafat. Padahal mereka bekerja & terus berlalu lalang dihadapan Nabi Sulaiman. Mereka baru mengetahui ketika rayap mengerogoti tongkat bertumpunya Nabi Sulaiman & Nabipun tersungkur. Kalau tidak sungguh mereka pasti akan tetap mengira bahwa nabi Sulaiman masih tertidur atau masih hidup.

Dalilnya adalah firman Allah dalam surat Saba':14 

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan"
Lalu ada orang-orang berkata tapi perkatan sebagian mereka (Dukun & Tukang Ramal) benar kok. Nah bagaimana kita memahaminya & bagaimana kita menyikapinya. InsyaAllah akan kita lanjutkan pada Artikel selanjutnya yang mebahas seputar permasalahn Tauhid. Jangan lewatkan... !!!

Ditulis Oleh Yusuf Al-Pariamani 
Rujukan : dari Berbagai Sumber

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Reddit

0 Comments:

Posting Komentar

Tebarkan Nasehat, Raih Pahalamu !!!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Join With The Community !!!

Top Comment My Friend

Silahkan Berkomentar Ria

**My Banner Code**

Ketahuilah Kugoreskan Pena ini hanya untukQ sebagai pengingat bagiku & bagimu yang aQ cintai karena Allah..

Tak ada hamba yg makhsum di dunia ini, sekalipun itu adalah para ulama.. Akan tetapi jika melakukan kesalahan dan khilaf segera berusaha memperbaiki diri..
Saling menasehati dan mengingatkan, bukan hny menyalahkan dan menghinakan saudaramu, tp motivasilah dia agar menjadi lebih baik..

"Wahai insan, sungguh aku akan memberikan nasehat kpd kalian padahal aku bukanlah orang yg paling sholih dan yg paling baik diantara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tdk mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu ta'at kpd Allah. Andai seorang mukmin tdk boleh memberikan nasehat kpd saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasehat dan minimlah org-org yg mau mengingatkan." Tafsir Qurthubi 1/410

Sahabatku yg mulia, aku berharap engkau mengingatkanku dg cara yg baik ketika aku tergelincir dan tersalah, menarik tanganku ketika aku terjerembab dalam kubangan, jika tidak ada nasehat niscaya tidak akan tegak ad-dien karena Nabi shollalohu`alaihi wa sallam bersabda: Agama adalah Nasehat (Muslim no: 55).
 

Are You Lucky Man? Choose One & Click The Body Picture to get Your Link Jackpot

Mutiara Sunnah Copyright © 2009 LKart Theme is Designed by Lasantha