Hot Dan New

Minggu, 08 Mei 2011

Mengenal Para tidak Normal


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.... Alhamdulillah Pada kesempatan kali ini, InsyaAllah Penulis akan mencoba menguraikan secara jelas & gamblang mengenai suatu permasalahan yang merecoki akidah umat, menggerogoti keimanan setiap muslim sehingga banyaklah terjadi penyimpangan terhadap ajaran Tauhid dan berkembangnya kesyirikan ditengah kaum muslimin.

Betapa sedihnya hati ini ketika melihat zaman sudah berubah, segala teknology canggih sudah berkembang tapi herannya masih ada saja orang yang percaya kepada dukun, paranormal (Baca : paratidaknormal), tukang ramal, rasi bintang atau yang lebih dikenalnya dengan zodiak. Lebih-lebih lagi hal ini diimani oleh sebagian besar kaum muslimin.

Luka hatipun semakin membesar melihat kesyirikan yang dahulunya  adalah sesuatu yang dicari, sesuatu yang didapatkan dengan jalan menemui wali-wali setan tersebut (Dukun,Paranormal, dan sebagainya) tapi sekarang dengan sangat mudah mereka datang kerumah kita melalu media seperti televisi, majalah-majalah dan bacaan-bacan kaum muslimin lainnnya. Mereka memakai sarana periklanan yang ditawarkan oleh pihak atau jasa periklanan media tersebut (Ketik Primbon Spasi Nama Anda kirim ke XXXX atau yang semisalnya & banyak jenis yang lainnya). Hati bertanya, tidak takutkah mereka akan perbuatannya yang menyebabkan banyaknya aqidah umat yang menyimpang & menuju kepada kesyirikan. Padahal syirik adalah dosa yang paling besar dimana pelakunya akan kekal didalam neraka selama-lamanya kalau tidak bertaubat.

A. Siapa Itu Dukun, Tukang Ramal, Zodiak?

Dukun menurut Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah, adalah seseorang yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib. Seperti, dirinya mengaku mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di muka bumi ini. Mengaku mengetahui pula tempat barang-barang yang raib. Ini semua bisa dilakukan lantaran sang dukun meminta bantuan para setan yang mencuri dengar (menyadap) berita dari langit. Allah berfirman:

“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (Asy-Syu’ara: 221-223)

Setan mencuri pendengaran dari pernyataan-pernyataan malaikat, lantas oleh setan perkataan tersebut disampaikan ke telinga dukun. Kemudian sang dukun pun menambahi dengan seratus kedustaan bersama kalimat tersebut. Maka manusia pun membenarkan apa yang dikatakan sang dukun dengan sebab perkataan yang telah didengar setan dari langit. (‘Aqidatut Tauhid, hal. 126)

Adapun menurut Asy-Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alu Asy-Syaikh, hakikat perbuatan dukun adalah dia meminta bantuan kepada jin untuk (mengetahui) berita-berita yang terkait perkara-perkara ghaib pada masa lalu atau masa yang akan datang. Yang tentu saja, perkara yang akan datang ini tidak ada yang mengetahui kecuali hanya Allah Jalla wa ‘Ala. (Syarhu Kitab At-Tauhid, hal. 250)


Syaikh Muhammad Al Yamani Al Wushobiy mendefinisikan tukang ramal (‘arraaf), yaitu seseorang yang memberitahukan letak barang yang hilang atau dicuri dan selainnya yang tersembunyi keberadaannya bagi manusia. Maka sebagian manusia mendatangi tukang ramal tersebut dan ia memberitahukan tentang sihir, barang yang hilang, barang yang dicuri, maupun identitas pencuri atau penyihir, atau informasi sejenis yang tidak diketahui. Berbeda dengan dukun (kaahin, populer dengan sebutan “paranormal” dalam bahasa Indonesia -pen) yaitu seseorang yang memberitahukan kepada manusia perkara ghaib, yang belum pernah terjadi, kalangan dukun dan sejenisnya, begitu pula orang yang memberitahukan perkara batin dalam diri manusia (biasanya dengan memberitahukan sifat-sifat rahasia, karakter, atau watak orang tersebut yang hanya diketahui dirinya pribadi –pen).

Sedangkan zodiak ialah diagram yang digunakan oleh ahli astrologi untuk menggambarkan posisi planet dan bintang. Diagram tersebut dibagi menjadi 12 bagian, masing-masingnya memiliki nama dan simbol. Zodiak digunakan untuk memperkirakan pengaruh kedudukan planet terhadap nasib atau kehidupan seseorang.

Setelah ini semua, mungkin ada yang bertanya:

“Kenapa sih praktek ramal meramal;
  • memberitahukan hari baik atau buruk ketika ditanya,
  • memberitahukan tentang nasib dikemudian hari ketika ditanya,
  • membaca telapak tangan,
  • memberitahukan tentang keserasian pasangan untuk menikah dengan mencocokkan tanggal lahir, nama, tempat atau daerah,
  • memberitahukan rezekinya di tempat tertentu,
  • memberitahukan barang atau orang hilang, barang dicuri atau orang diculik,
  • dan lain-lain (yang jenis prakteknya terus berkamuflase, terutama di zaman sekarang).
Kenapa sih ini semua dilarang dalam agama Islam?”.

Jawaban: “Karena di dalam praktek-praktek di atas, terjadi seorang makhluk menyamakan dirinya dengan Allah Ta’ala di dalam perkara-perkara yang khusus milik Allah Ta’ala semata. Yaitu pengetahuan akan hal gaib.

Dan perbuatan ini adalah sebuah kesyirikan dan Agama Islam sangat mengharamkan sebuah bentuk kesyirikan. Tidak ada yang mengetahui akan hal gaib kecuali Allah Ta’ala semata

B. Benarkah Mereka Tahu Yang Ghaib 

Sesungguhnya pengetahuan terhadap perkara ghaib termasuk hal yang menjadi rahasia Allah Azza wa Jalla.Termasuk sifat Allah paling khusus, yang tidak ada seorang makhlukpun dapat menyamaiNya. Sebagaimana firmanNya,

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) [Al An’am : 59].

Dan firmanNya,

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. [Al Jin : 26,27].

{ وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ} [يونس: 20]

Artinya: “Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya?”, Maka katakanlah: ” Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu”. QS. Yunus: 20.

قلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ } [النمل: 65]

Artinya: Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan“. QS. An Naml: 65.

{ هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ} [الحشر: 22]


Artinya: “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. QS. Al Hasyr: 22.

Barangsiapa berkeyakinan, bahwa dirinya atau orang lain boleh menguasai perkara ghaib, berarti ia telah kafir. Karena perkara ini termasuk perkara yang tidak pernah diberitakan kepada siapapun oleh Allah; tidak kepada para malaikat yang dekat dan tidak juga kepada para rasul yang diutus.

Namun sangat disayangkan, banyak diantara orang awam di sebagian negara-negara Islam yang masih percaya kepada cerita-cerita khurafat dan cerita-cerita syirik orang-orang jahiliyah. Misalnya keyakinan, bahwa ada sebagian orang yang dapat mengetahui perkara ghaib. Seperti : dukun, tukang tenung atau yang sejenisnya. Kenyataan ini bisa didapati pada banyak negara Islam. Ini adalah kekeliruan yang sangat berbahaya dalam aqidah, karena merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan selainNya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah, yaitu mengetahui perkara ghaib.

Dalam sebuah hadits,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Barangsiapa yang mendatangi tukang tenung atau dukun, lalu ia percaya dengan apa yang dikatakan dukun atau tukang tenung itu, berarti ia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad. [HR. Imam Ahmad]

Dukun-dukun itu telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat telah mengeluarkan banyak harta demi mendapatkan ilmu ghaib –menurut sangkaan mereka- dan terkadang sang dukun memberitahukan kepada mereka beberapa perkara, sebagiannya (kebetulan-pent) benar dan sebagiannya lagi bohong. Bahkan sebagian besar adalah bohong. Sehingga terbaliklah tolok ukur kehidupannya, yaitu banyak orang mengatur hidup mereka berdasarkan saran-saran yang disampaikan oleh sang pendusta yang mengaku mengetahui perkara ghaib.

Allah berfirman kepada NabiNya,

قُل لآَّأَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَامَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah,"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [Al A’raf : 188].

{قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ } [الأنعام: 50]

Artinya: Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.  Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?”. QS. Al An’am: 50.

Jika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saja tidak mengetahui perkara ghaib, bahkan dengan terus terang beliau menafikan hal itu atas dirinya, maka orang selain beliau pasti tidak lebih tahu. Karena Beliau n lebih berhak daripada mereka. Beliau adalah anak keturunan Adam yang paling afdhal secara mutlak. Ketika ada nash yang menyatakan, bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib, maka selain beliau pasti lebih tidak tahu lagi.

Ingatkah kita pada peristiwa wafatnya Nabi Sulaiman. Tidak ada satupun jin yang mengetahui bahwa Nabi Sulaiman Telah Wafat. Padahal mereka bekerja & terus berlalu lalang dihadapan Nabi Sulaiman. Mereka baru mengetahui ketika rayap mengerogoti tongkat bertumpunya Nabi Sulaiman & Nabipun tersungkur. Kalau tidak sungguh mereka pasti akan tetap mengira bahwa nabi Sulaiman masih tertidur atau masih hidup.

Dalilnya adalah firman Allah dalam surat Saba':14 

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan"

Tergelincirnya banyak orang ke dalam kesalahan berbahaya ini, disebabkan oleh beberapa berita yang mereka lihat ‘benar’, yang berasal dari para pendusta itu. Sehingga keyakinan mereka semakin kuat, dan selanjutnya mempercayai cerita-cerita sang dukun berikutnya.

Begitulah pintu kedustaan dan dajjal menjadi semakin terbuka. Para pendusta inipun menjelma menjadi wali-wali Allah (menurut dugaan mereka). Orang-orang awam –(bodoh) itu melupakan banyak hal. Diantaranya :

1. Bahwa pengetahuan tentang perkara ghaib, termasuk perkara yang hanya diketahui oleh Allah. Bahkan sebagian pemberitaan para nabi terhadap perkara ghaib, semua itu hanyalah berdasarkan apa yang Allah beritakan kepada mereka dan bukan karena usaha mereka sendiri. Sebagaimana firman Allah,
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. [Al Jin : 26,27].

2. Bahwa kebanyakan orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib bukanlah orang baik-baik dan bertakwa. Bahkan ada diantara mereka yang fajir (penjahat) lagi zindiq. Mereka berkubang dalam banyak perbuatan yang diharamkan seperti berkhalwat (berdua-duaan) dengan wanita yang halal dinikah, mengkonsumsi makanan haram dan lain-lain. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa kabar-kabar tentang sebagian perkara ghaib kadang bersumber dari orang yang tidak shalih, bahkan non muslim. Bagaimana mungkin mereka ini bisa menjadi wali-wali Allah?

3. Seandainya mengetahui hal yang ghaib itu merupakan buah dari keimanan yang benar, tentunya orang yang paling berhak ialah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menafikan hal itu terhadap diri

4. Seandainya orang-orang ini benar dalam pengakuannya, yaitu mengetahui perkara ghaib, tentu mereka akan menghindarkan diri dari bencana-bencana atau kejahatan yang terkadang menimpa mereka.

C. Cara Mereka Seakan-akan Mengetahui yang Ghaib

1. Sebagian mereka mempunyai hubungan dengan jin. Jin-jin ini menyampaikan kepada si dukun sebagian berita benar yang dicuri oleh sang jin. Kemudian sang dukun ini membuat seratus kedustaan. Sebagaimana dalam sebuah hadits,

قَالَتْ عَائِشَةُ زَوْجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسُوا بِشَيْءٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيُقِرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ
Aisyah istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,“Ada sekelompok orang yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masalah tukang dukun,” Beliau menjawab,“Mereka tidak ada apa-apanya.” Orang-orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, terkadang mereka membicarakan sesuatu yang benar.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,“Itulah sebuah kalimat kebenaran yang dicuri oleh jin, lalu disampaikan kepada telinga walinya, lalu wali-wali jin ini mencampurinya dengan seratus kedustaan.

2. Sebagian orang terkadang memiliki firasat atau kemampuan untuk membaca apa yang sedang bergejolak dalam hati seseorang yang sedang berada di depannya. Lalu, ia memberitahukan sebagian saja sehingga ia menjadi kagum dan mengira, bahwa si penebak tadi seorang wali. Padahal kemampuan seperti ini bisa didapatkan dan dimiliki oleh orang-orang kafir di negeri-negeri mereka. Bisa juga dimiliki oleh sebagian psikolog atau selain mereka.

3. Sebagian dukun itu juga meminta bantuan kepada pembantu-pembantunya yang menyelinap di tengah masyarakat. Sehingga bisa mengetahui nama seseorang atau sedikit tentang riwayat hidupnya, atau sesuatu yang ingin diketahuinya. Dan ini faktanya banyak terjadi dimasyarakat kita.

Jika sudah tahu, ia lalu menyampaikan berita tersebut kepada ‘sang dajjal’ (dalam hal ini dukun). Dengan modal berita, sang dukun menghadapi orang-orang yang tidak tahu, sehingga dianggapnya mengetahui semua perkara yang telah lewat. Karena itu, semua ucapannya tentang apa-apa yang akan datang dan masalah ghaibiyah menjadi bisa di terima.
D. Hukum Bagi Orang Yang Mengaku Mengetahui Hal Yang Ghaib

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah ditanya tentang hukum orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib. Maka, beliau menjawab sebagai berikut.

Orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib, berarti ia telah kafir. Sebab, ia telah mendustakan Allah Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَايَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ


Katakanlah,"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. [An Naml : 65].

Apabila Allah Azza wa Jalla telah menyuruh NabiNya; Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengumumkan kepada khalayak, bahwa tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah; maka orang yang mengaku mengetahuinya, berarti ia telah mendustkan Allah. Kita katakan kepada orang-orang ini,“Bagaimana mungkin kalian mengetahui yang ghaib, padahal Nabi tidak mengetahuinya? Apakah kalian lebih mulia, ataukah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?” Jika mereka menjawab,”Kami lebih mulia,” berarti mereka telah kafir akibat dari perkataannya ini. Jika mereka menjawab,”Dia lebih mulia,” maka kita katakan,”Kenapa dia tidak mengetahui yang ghaib, sedangkan kalian bisa mengetahuinya?” Padahal Allah Azza wa Jalla berfirman,

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. [Al Jin : 26,27].

Inilah ayat kedua yang menunjukkan kekufuran orang-orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib. Padahal Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan NabiNya; Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menngumumkan kepada khalayak dengan firmanNya,

قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ

Katakanlah,”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu, bahwa aku ini Malaikat. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku. [Al An’am : 50].
E. Hukum Bertanya & Mendatangi Dukun
Bertanya kepada dukun berbeda hukumnya sesuai dengan tujuannya, yaitu:

1. Bertanya dengan maksud iseng maka haram. Meski dia tidak membenarkan jawabannya.

2. Bertanya dengan maksud ingin membenarkan jawabannya maka hukumnya haram dan tidak diterima sholatnya selama 40 hari. Rosululloh bersabda “Barang siapa mendatangi tukang ramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka sholatnya tidak di terima selama 40 hari.” (HR. Muslim)

3. Bertanya karena memiliki keyakinan bahwa dukun mengetahui ilmu ghaib secara mutlak maka hukumnya Kufur Akbar.

“Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Ahmad dalam Musnad-nya (2/429/no.9532), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (1/8/no.15), Al Baihaqi (7/198/no.16274), dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy dalam Shohih At-Targhib (3047)

4. Bertanya untuk mengujinya apakah dia orang yang jujur atau pendusta bukan untuk mengambil jawabannya, hukumnya boleh.

5. Bertanya dalam rangka menunjukkan kedustaannya, ketidakmampuannya, dan mengingkarinya, maka hal tersebut dituntut atau bahkan wajib.

Sering kali kita mendengar perkataan seperti: inikan hanya ikhtiar, yang menentukan kan Tuhan. Trik-trik itu sangat “jitu” dan sangat “efektif” untuk menipu orang-orang awam muslim yang jahil (bodoh). Cukuplah bukti-bukti yang terjadi di sekitar kita menjadi pelajaran yang berharga. Berapa banyak wanita-wanita yang dicabuli, berapa banyak orang yang dikuras hartanya, berapa banyak orang yang sakit, justru bertambah parah setelah mendatangi dukun tersebut?

Dengan fakta seperti ini, masihkah kita mau mendatangi dan mempercayai para dukun? Padahal kebutuhan dirinya sendiri saja tidak dapat dia penuhi, apalagi kebutuhan orang lain. Andaikata mereka (para dukun itu) mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya mereka akan mengambil harta yang tersimpan di dalam perut bumi ini, sehingga mereka tidak lagi menjadi orang fakir yang kerjanya meminta-minta dan mengelabui orang lain, karena hanya sekedar mencari sesuap nasi dengan cara yang batil.

Namun kini paradukun sudah ganti wajah. Mereka tidak mau lagi disebut “dukun“. Padahal mereka tetap melakukan perdukunan, namun bersembunyi di balik sorban atau jubah mereka. Maka bertebaranlah dukun-dukun yang berkedok sebagai “kiyai” atau “ustadz“, dan “orang pintar” sehingga muncullah istilah “dukun islami“. Sungguh mereka adalah racun di dalam Islam. Mereka mengelabui kaum muslimin dengan lahiriah mereka, sehingga masyarakat menyangka hal itu termasuk bagian dari syariat islam. Padahal Islam sangat jauh dari hal tersebut.

Siapapun (apakah dia seorang habib, kyai, mbah yai, ki ageng, ustadz, guru agama, tuan guru, orang alim, orang pinter, tabib, ahli supranatural, pembaca masa depan atau profesi lainnya), yang melakukan praktek ramal-meramal dengan segala macam jenisnya, maka dia termasuk Dukun, Tukang Ramal, Para Tidak Normal, Pendusta Ulung, Temannya Setan, apapun profesi, jabatan, status, tingkatannya di tengah masyarakat.

Sebagai penutup. Saya ingatkan kepada kaum muslimin, agar jangan merusak agamanya, akidahnya, dunianya dan akhiratnya dengan mendatangi dukun atau tukang tenung, meminta pendapat mereka maupun mempercayai mereka. Semua itu merupakan kekufuran.

Mereka wajib bertaubat kepada Allah dari perbuatan tersebut, jika mereka sudah terlanjur tergelincir dalam perbuatan seperti itu.

Mereka wajib mengoreksi kembali akidahnya. Mengetahui hal-hal yang bisa memperbaiki dan hal yang bisa merusak. Ini merupakan kewajiban yang paling mendasar. Wallahu min wara’ al qhasd.

Ditulis Oleh : Yusuf Al-Pariamani
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/1916/slash/0
Dan berbagai sumber lainnya
 

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Reddit

0 Comments:

Posting Komentar

Tebarkan Nasehat, Raih Pahalamu !!!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Join With The Community !!!

Top Comment My Friend

Silahkan Berkomentar Ria

**My Banner Code**

Ketahuilah Kugoreskan Pena ini hanya untukQ sebagai pengingat bagiku & bagimu yang aQ cintai karena Allah..

Tak ada hamba yg makhsum di dunia ini, sekalipun itu adalah para ulama.. Akan tetapi jika melakukan kesalahan dan khilaf segera berusaha memperbaiki diri..
Saling menasehati dan mengingatkan, bukan hny menyalahkan dan menghinakan saudaramu, tp motivasilah dia agar menjadi lebih baik..

"Wahai insan, sungguh aku akan memberikan nasehat kpd kalian padahal aku bukanlah orang yg paling sholih dan yg paling baik diantara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tdk mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu ta'at kpd Allah. Andai seorang mukmin tdk boleh memberikan nasehat kpd saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasehat dan minimlah org-org yg mau mengingatkan." Tafsir Qurthubi 1/410

Sahabatku yg mulia, aku berharap engkau mengingatkanku dg cara yg baik ketika aku tergelincir dan tersalah, menarik tanganku ketika aku terjerembab dalam kubangan, jika tidak ada nasehat niscaya tidak akan tegak ad-dien karena Nabi shollalohu`alaihi wa sallam bersabda: Agama adalah Nasehat (Muslim no: 55).
 

Are You Lucky Man? Choose One & Click The Body Picture to get Your Link Jackpot

Mutiara Sunnah Copyright © 2009 LKart Theme is Designed by Lasantha